Rabu, 11 Oktober 2017

Ngebolang ke Shanghai dan Beijing, China


China..

Ada dalam salah satu di list destinasi negara impian saya. Kenapa? Karena dulu saya suka sekali nonton film-film mandarin jadul yang banyak menampilkan keindahan alamnya, pasar tradisionalnya, dan yang pasti juga Tembok Cina. 
Dan akhirnya kesempatan itu datang, ketika ada tiket promo dari Air Asia, jatah cuti-pun masih ada, saya langsung booking 3 tiket untuk saya dan kedua rekan kerja. Kebetulan waktu yang kami pilih saat musim semi di bulan Oktober 2013 lalu. Karena waktu yang terbatas, kami hanya memilih Shanghai dan Beijing sebagai destinasi wisata kami.


Day 1, Shanghai - Nanjing Road & The Bund

- Nanjing Road
 

Shanghai adalah kota tersibuk di Cina. Pusat kota Shanghai adalah Nanjing Road. Hampir sepanjang jalan Nanjing Road adalah pertokoan dan restoran. Tak heran Nanjing Road dijuluki 'The Most Famous Shopping Street in Shanghai'. Bagi anda yang gila shopping ini surganya. Diujung jalan diawali dengan Forever 21.
Nanjing Road, Shanghai
Ada pula Giordano, Apple store, Yoshinoya, MCD, semua toko sepertinya ada disini. Panjangnya jalan ini sekitar 5,5 KM dan untungnya ada mobil odong-odong yang bisa angkut kita dari ujung ke ujung dengan biaya sekitar ¥5 atau setara dengan 10 ribuan (¥1=Rp. 2.000). Tapi dari pengalaman saya cek harga disana, lebih mahal barang yang dijual di Shanghai daripada di Beijing meskipun untuk merk dan model yang sama.

- The Bund
Setelah puas keliling Nanjing Road, kami lanjutkan perjalanan menuju The Bund. Cukup jalan kaki 10-15 menit kami sudah sampai di The Bund.
The Bund ditepi Sungai Huangpu, Shanghai
The Bund adalah daerah dimana seluruh bangunannya berarsitektur mirip kota-kota tua di Eropa. Dari sini kita juga bisa melihat Oriental Pearl TV Tower yang merupakan tower radio dan tv tertinggi ketiga di dunia dengan arsitekturnya yang unik. Disana kita juga bisa duduk-duduk manis, ngopi-ngopi cantik sambil memandangi kemegahan gedung-gedung tinggi disebrang sungai Huangpu.

Day 2, Shanghai - Yuyuan Garden & People Square
Jam 7 pagi kami sudah berada di Nanjing Road lagi. Kami mau naik hop-hop bus. Ada 2 rute untuk hop-hop, rute pertama harganya lebih murah ¥30/orang. Rute kedua lebih mahal karena jarak tempuhnya lebih jauh. Tiket bisa dipakai seharian dan cukup tunjukkan kartu hop-hopnya setiap kali kami mau naik lagi. 
Karena kami tak punya banyak waktu di Shanghai, kami ambil rute yang pertama. Penumpang dibagikan handsfree untuk dicolok di setiap tempat duduk yang ada di bus agar bisa mendengar penjelasan tour guide-nya tentang sejarah objek yang dilewati. Kalau tidak salah ada 5 pilihan bahasa: Inggris, Perancis, Jepang, Mandarin dan satu lagi saya lupa, yang pasti tidak ada bahasa Indonesia atau melayu. 

- Yuyuan Garden
Di gerbang utama Yuyuan Garden sudah terlihat jejeran pedagang makanan tradisional Cina. Dari mulai juhi, xiao long bao, manisan buah khas Cina dll.
Taman di Tengah Kota, Yuyuan Garden, Shanghai
Tapi bagi yang tidak bisa makan babi seperti saya, harus hati-hati karena cukup sulit menemukan makanan halal disini.
Yuyuan Garden adalah taman kuno yang dibangun pada tahun 1559 dan berlokasi di jantung kota Shanghai.  Harga Tiket Masuk-nya ¥40 atau sekitar 80 ribuan dengan rate pada saat itu (¥1=Rp. 2.000). Taman ini sangat rimbun dengan pepohonan, dan terdapat banyak kolam dan bangunan dengan arsitektur khas oriental yang memiliki bentuk atap melengkung ke atas membentuk sudut runcing.
- People Square
Setelah puas berkeliling taman kuno Yuyuan, Kami melanjutkan perjalanan menuju People Square yang berada di distict Huangpu. Area ini dulunya adalah arena pacuan kuda, namun karena adanya larangan perjudian balap kuda oleh pemerintah, maka area ini beralih fungsi menjadi alun-alun bagi penduduk kota Shanghai. Tak ubahnya kota-kota besar lainnya, disini dipenuhi gedung-gedung perkantoran dan menjadi pusat pemerintahan kota Shanghai.

Day 3, Beijing - Temple of Heaven & Wangfujing Street
Cukup 2 hari di Shanghai, dan kami pun melanjutkan perjalanan menuju Beijing.
Bisa tidur nyenyak di dalam Bullet Train
Kami sampai di Shanghai Railway Station pukul 4.30 sore untuk menunggu kedatangan Shanghai High Speed Train atau biasa disebut Bullet Train, kereta cepat yang memiliki compartement alias tempat tidur di dalamnya. Kami booking tiket overnight train - sleeper 2nd class, satu ruangan yang diisi 4 tempat tidur susun atas-bawah yang masing-masing dilengkapi tv dan earphone.
Sengaja kami pilih overnight train dengan kelas sleeper untuk menghemat biaya hotel dan kami bisa tetap nyaman karena tidur di kereta. Selain keretanya sangat nyaman karena nyaris tanpa goncangan, tidak berisik, Interior-nya pun sangat modern dan bersih. Ya mungkin karena itu harganya mahal sekitar ¥ 700 untuk satu trip (1.4 juta sekali jalan). Perjalanan Shanghai - Beijing ditempuh dalam waktu 12 jam. 

Pasar disekitar Happy Dragon Hostel
Jam 5 pagi, kami sampai di Beijing Station dan langsung menuju Happy Dragon Hostel yang ternyata letaknya ditengah pasar tradisional. Agak aneh sih ada penginapan yang lokasinya ditengah pasar, tapi dengan harga yang cukup murah, kondisi hostelnya cukup baik.
 






 - Temple of Heaven
Setelah titip ransel (karena masih pagi belum bisa check in), kami langsung menuju Temple of Heaven. Ini menjadi salah satu objek wisata favorit saya.
Temple of Heaven, Beijing
Lokasinya berada di distrik Chongwen, Beijing dengan luas area 167 hektar. Temple of Heaven merupakan tempat dimana pada kaisar pada jaman dahulu memberikan penghormatan kepada Surga dan memohon untuk diberikan hasil panen yang baik. Selain memiliki udara yang sejuk, area candi ini juga dikelilingi taman-taman yang indah yang dijadikan area berkumpul para manula yang sedang berlatih Qigong (latihan pernafasan) dan bermain Mahyong. HTM nya ¥30.
Kaki mulai pegal dan perut mulai keroncongan, kami pun meninggalkan area ini, dan betapa senangnya ketika di pintu exit kami melihat deretan pedagang makanan kaki lima yang menjual aneka jajanan yang menggugah selera. Siang itu kami beli cemilan ubi rebus yang masih mengepul seharga ¥3 dan kami makan dipinggir jalan sambil memandangi lalu-lalang sepeda-sepeda butut yang dipakai penduduk lokal untuk beraktifitas.

- Wangfujing Street

Anda penyuka extreem culinary? Wajib kesini! Pada malam hari ada banyak jajanan aneh di Wangfujing Night Market.
Wangfujing Night Market, Beijing
Dari mulai aneka jenis serangga sampai kalajengking yang matang ataupun hidup semua ada. Saya sih merinding waktu lihat sate serangga yang masih hidup dengan kaki yang bergoyang-goyang seperti sedang meronta-ronta.


Wangfujing Street dikenal sebagai pusat kota Beijing. Panjangnya sekitar 1600 meter dan memiliki 810 meter area untuk pejalan kaki dimana kedua sisi jalan merupakan pertokoan dan mal.

Jika anda ingin mencari suvenir dengan harga miring, anda bisa membelinya dari pedagang suvenir kaki lima.
Wangfujing Night Market
Pedagang - pedagang disini walaupun terkesan memaksa namun mereka ramah-ramah dan tidak akan marah jika ditawar. Ada seorang ibu yang menarik-narik tangan saya untuk melihat dagangannya dengan mencoba bicara dengan bahasa Indonesia. Si ibu bilang bahwa banyak sekali turis Indonesia yang datang ke Wangfujing Street setiap harinya, dan untuk menarik turis Indonesia, para pedagang-pun sedikit-sedikit mulai belajar bahasa Indonesia.








Day 4, Beijing - Badaling Great Wall & Beijing National Stadion (BNS)

- Badaling Great Wall
Pagi-pagi buta kami sudah sampai di Beijing North Railway Station untuk menuju Badaling Great Wall (update info : Beijing North Railway Station sekarang telah ditutup untuk program rekonstruksi tiga tahun - bagian dari keseluruhan pembangunan Beijing Zhangjiakou High Speed Railway dalam persiapan Olimpiade Musim Dingin 2022, dan kereta menuju Badaling Great Wall telah dipindahkan ke Huangtudian Station yang terletak di Distrik Changping, sekitar 20 km sebelah utara pusat kota Beijing).
Sampai di pintu masuk Badaling antrian sudah mengular, dan kami pun harus antri selama 1 jam untuk bisa membeli tiket. Ada dua pilihan tiket, tiket masuk saja atau tiket masuk plus gondola pulang pergi.
Gondola di Badaling Great Wall, Beijing
Karena kami rasanya tak sanggup berjalan kaki menanjak untuk sampai ke Great Wall, kami pilih tiket masuk plus gondola pulang pergi seharga ¥150. Tembok Cina yang memiliki panjang 8.850 km ini merupakan salah satu Situs Warisan Dunia yang diakui UNESCO sejak tahun 1987. Usia Tembok besar ini diperkirakan sudah 2.300 tahun. Tak heran banyak turis yang datang kesini setiap harinya. Indah betul pemandangan yang bisa kita lihat dari atas tembok ini meskipun sedikit terganggu oleh kabut tipis.
Sesekali kami tersenyum melihat kelakuan turis lokal yang memakai gaun dan high heels di tempat seperti ini.
Yeaaay..Finally, Great Wall
Ada pula kawanan manula yang begitu lihai naik turun menyusuri anak tangga sambil menyapa kami yang sudah mulai kelelahan. Satu hal yang harus anda perhatikan kalau mau berkunjung kesini, sebaiknya selesaikan urusan toilet anda sebelum anda memasuki kawasan ini, karena hanya ada 4 portable toilet tanpa air, dengan lubang wc yang besar dan hanya disiram 1 kali dalam sehari. Bisa anda bayangkan aroma toilet yang telah menampung limbah ribuan manusia ini.


- Beijing National Stadium (Bird's Nest)
Stadion yang baru dibuka tahun 2008 ini dibangun untuk digunakan saat Beijing Olympics tahun 2008, dan setelah olimpiade berakhir digunakan sebagai pusat olahraga dan juga objek wisata. BNS memiliki luas 25,8 hektar dan dapat menampung hingga 80.000 penonton.
Beijing National Stadium (Bird's Nest)
Dikenal dengan sebutan Bird's Nest karena bentuknya yang mirip dengan sarang burung. Arsitektur stadion ini sangat megah dan unik, tak heran banyak turis yang berkunjung kesini. Kita juga bisa melihat Beijing Aquatics Centre yang dibangun tepat disebelah barat BNS. Bangunan ini difungsikan untuk kompetisi renang saat Beijing Olympics tahun 2008 lalu, dan sekarang juga sudah difungsikan sebagai tempat wisata. Karena tidak punya cukup tenaga untuk explore area dalam BNS, kami memutuskan untuk sekedar berkeliling di luar area saja, dan tentunya kami pun tak harus beli tiket masuk.

Day 5, Beijing - Forbidden City 
Tak terasa sudah hari ke-5 kami di China, dan Forbidden City atau Kota Terlarang adalah destinasi wisata terakhir kami. Sebagai negara dengan populasi terbanyak di dunia hingga mencapai 1,4 miliar jiwa, tak heran selama saya disana, rasanya penuh sesak saya lihat lautan manusia dimana-mana. Di jalan, stasiun dan objek wisata pun selalu dipenuhi manusia. Sebagai objek wisata populer di Beijing, turis yang datang ke Forbidden City pada musim liburan bisa mencapai ribuan orang setiap harinya dari kapasitasnya yang hanya 80.000 orang, sampai-sampai pemerintah China berencana untuk membatasi jumlah pengunjung perharinya. Sampai di gerbang pintu masuk, kami melihat sudah banyak antrian yang akan masuk ke area Forbidden City, tak sampai setengah jam berkeliling di dalam, kami memutuskan untuk keluar lagi, karena merasa tak bisa menikmati kemegahan musium istana ini dan tak sanggup melihat riuhnya pengunjung.
Forbidden City
 

Saat itu pengunjung di dominasi rombongan turis lokal yang mungkin masih berasal dari China juga namun dari kota lain. Negara ini memang dikaruniai keindahan alam dan situs sejarah yang mumpuni untuk dijadikan daya tarik wisata bagi turis domestik maupun mancanegara, namun satu hal yang membuat kami 'takjub' adalah sanitasi yang buruk, karena hampir di semua toilet umum yang kami singgahi, dalam keadaan kotor dan bau. Bahkan di beberapa toilet, hanya disediakan lubang toilet tanpa air apalagi tissue.

Akhir kata, semoga artikel ini bermanfaat bagi anda yang belum ataupun sudah berencana untuk berlibur ke Shanghai dan Beijing.














   


















Tidak ada komentar:

Posting Komentar